Prasetyo Sunaryo: Konflik Menjadi Konsensus, Itulah Demokratis

Pringsewu – “Sebuah sistem politik dapat disebut demokratis, bila terdapat mekanisme yang mampu mengkonversi konflik menjadi konsensus. Jadi bila mampu mengubah konflik menjadi konsensus itulah demokratis,” demikian Ketua DPP LDII, Prasetyo Sunaryo dalam pengarahannya terkait konsolidasi organisasi DPW LDII Provinsi Lampung, Minggu (24/02) di Masjid Baitul Izza, Pringsewu.

Kehadiran Prasetyo, demikian sapaan akrabnya, di Lampung adalah dalam rangka mendampingi kunjungan kerja Ketua Umum DPP LDII. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, beliau menjelaskan yang dimaksud dengan konflik tidak melulu konflik fisik, bisa juga berupa perbedaan dari berbagai aspek, misalnya kepentingan atau ideologis.

“Nah, demokratis itu manakala pihak-pihak yang terlibat bisa bermusyawarah dengan baik dilandasi itikad baik demi kepentingan yang lebih besar manfaatnya kemudian bermufakat sehingga dijadikan sebagai konsensus kemudian dijalankan dengan kerjasama yang baik,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu pula Pras mengharapkan para caleg yang terpilih nanti dapat memposisikan diri sebagai representasi rakyat. “Legislator itu seharusnya membawa misi keterwakilan, tidak semata-mata keterpilihan. Maka dari itu perlu pendidikan politik bagi seluruh lapisan masyarakat yang memiliki hak politik sehingga praktek demokrasi semakin berkualitas dan mencapai makna yang sebenarnya dari sebuah pemilu,” terang Prasetyo.

LDII menurut beliau memiliki tanggung jawab moral untuk meluruskan arah praktek demokrasi di Indonesia, setidaknya kepada warga LDII. “Sebagai ormas, sikap politik LDII jelas, yaitu netral aktif,” kata Prasetyo.

Netral artinya LDII tidak berpolitik praktis dan tidak menjadi organisasi pendukung salah satu parpol. Aktif artinya LDII mengikuti proses demokrasi sesuai dengan perundang-undangan yang baik. (Ujo/LINES Lampung)

Sumber: http://www.ldii.or.id/id/news/organisasi-3/organisasi/2333-prasetyo-sunaryo-konflik-menjadi-konsensus-itulah-demokratis.html

Kunjungan Kerja Ketua Umum DPP LDII ke Lampung

Pringsewu – Ketua Umum DPP LDII Prof. KH. Abdullah Syam lakukan kunjungan kerja ke Lampung bertempat di Majid Baitul Izza Pringsewu pada Minggu (24/02). Kunjungan kerja ini bertepatan dengan kegiatan konsolidasi organisasi rutin tiga bulanan DPW LDII Provinsi Lampung yang pada tri wulan ini ditempatkan di Pringsewu.

Dalam arahannya Abdullah Syam menyampaikan agar DPW dan DPD LDII aktif dalam melaksanakan 3K LDII, yaitu karya, kontribusi dan komunikasi. Diantara karya yang perlu menjadi fokus LDII adalah pembinaan SDM dan pembinaan organisasi. “Target pembinaan SDM LDII adalah peofesional religius. Dari itu generasi LDII perlu dibina agar memiliki tri sukses, enam tabiat luhur dan empat tali keimanan,” ungkapnya.

Tri sukses, enam tabiat luhur dan empat tali keimanan merupakan istilah pembinaan yang lazim digunakan LDII. Tri sukses terdiri atas sukses menjadi orang yang alim dan faqih, berakhlak mulia dan mandiri. Sedangkan enam tabiat luhur adalah karakter yang harus dimiliki, yaitu rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah dan mujhid muzhid. Adapun empat tali keimanan adalah upaya warga LDII menjaga keimanannya dengan cara selalu bersyukur, mempersungguh, mengagungkan dan berdoa.

Ia melanjutkan, “LDII harus menjadi organisasi yang profesional. Bagaimana profesional itu? Yaitu organisasi yang tertib dalam menjalankan mekanisme, tertib kelembagaan dan tertib administrasi. Apabila LDII fokus menjalankan pembinaan ini sehingga tercapai cita-cita organisasi maka ini menjadi karya LDII sebagai bukti kontribusi LDII kepada bangsa dan negara ini.”

“Selanjutnya jangan lupa dikomunikasikan kepada masyarakat dan pemerintah supaya apa yang dilakukan LDII bisa lebih bermanfaat dan berkelanjutan,” kata Abdullah Syam mengakhiri.

Hadir pula dalam kunungan kerja tersebut dua orang unsur ketua DPP yaitu H. Prasetyo Sunaryo dan H. Chriswanto Santoso serta wakil sekum Ibnu Anwarudin. Peserta yang hadir tidak kurang dari 200 orang yang terdiri atas pengurus DPW LDII Provinsi Lampung, pengurus harian DPD LDII kabupaten/kota se-Lampung, pimpinan pondok pesantren dan para ulama. (Ujo/LINES Lampung)

Sumber: http://www.ldii.or.id/id/news/organisasi-3/organisasi/2334-kunjungan-kerja-ketua-umum-dpp-ldii-ke-lampung.html

Kementerian Pendidikan Arab Saudi Studi Kepramukaan di LDII

Jakarta (21/2). Sakonas Pramuka Sekawan Persada Nusantara menerima kunjungan Dr. Muhammed Alsayeed dari kementerian pendidikan Arab Saudi, yang mendapat tugas dari Pangeran Alwaleed bin Talal (donatur international scouts movement, program Messengers of Peace) untuk mengunjungi enam negara, guna mengobservasi struktur dan program kegiatan kepramukaan. 


Di Indonesia, Alsayeed didampingi Brata, Andalan Nasional Kwarnas bidang hubungan luar negeri, mengunjungi beberapa komunitas pramuka, antara lain Sako pramuka Maarif, Gudep Darunnajah dan pada hari ini Sako Sekawan Persada Nusantara.
Prasetyo Sunaryo sebagai Mabi Sakonas SPN bersama anggota Mabi Sakonas SPN lainnya: Ashar Budiman, Teddy Suratmadji, Iskandar, Edwin Sumiroza selaku PinSakonas SPN didampingi Rioberto dan Adityo Handoko menyambut kehadiran Alsayeed tersebut. 

Memenuhi keingintahuan Alsayeed tentang kegiatan pramuka Sako SPN, Prasetyo menjelaskan bahwa pelaksanaan pendidikan kepramukaan di Sako SPN, yang berbasis masjid dan pondok pesantren, selain menerapkan Dasa Dharma dan Trisatya, juga menerapkan nilai-nilai 4 tali keimanan (bersyukur, mempersungguh, berdoa dan mengagungkan) sebagai pengikat keimanan peserta didik pramuka. Dilanjutkan dengan penerapan 6 tobiat luhur (jujur, amanah, mujhid muzhid, rukun, kompak, kerjasama yang baik dalam kebaikan) sebagai pembentuk karakter peserta didik. 

Tentunya penerapan dan penguasaan nilai-nilai tersebut berjenjang sesuai jenjang pendidikan kepramukaannya mulai siaga, penggalang, penegak, pandega sampai pada pramuka dewasa. 

Sako SPN menggunakan SKU (Syarat Kecakapan Umum) dan SKK (Syarat Kecakapan Khusus) dari Kwartir sebagai acuan melaksanakan program pendidikan dan kegiatan kepramukaan.

Dalam pertemuan tersebut dipaparkan juga berbagai aktifitas pramuka Sako SPN, selain pendidikan kepramukaan yang berjenjang di pangkalan Masjid dan ponpes, ada juga Kemah Besar, Jambore, Temu Penegak Pandega, Lomba Regu Berprestasi, dan lainnya. 
Kegiatan yang terkait keagamaan seperti halaqoh, penyelenggaraan sholat Ied, pembagian ta’jil, distribusi daging qurban, sampai kegiatan sosial kemasyarakatan dan lingkungan seperti edukasi ekosistem pesisir pada komunitas nelayan di Tanjung Lesung, go green, penanaman pohon, bersih pantai, penanaman mangrove, konservasi terumbu karang, juga berbagai kegiatan peduli bencana dan peduli masyarakat perbatasan & terpencil diajarkan di dalam komunitas ini. 

Alsayeed mengapresiasi dan bersyukur atas penjelasan yang diberikan Sako SPN dengan berbagai kegiatannya. Insyaa Alloh berikutnya akan diadakan beberapa program kerjasama antar Sako SPN dengan pihak Alsayeed melalui Kwarnas.

Sumber: http://www.ldii.or.id/id/news/organisasi-3/organisasi/2335-kementerian-pendidikan-arab-saudi-studi-kepramukaan-di-ldii.html

Gubernur Khofifah: Politik Identitas Bisa Menggerus Karakter Bangsa

Jombang (2/3) DPW LDII Jawa Timur menggelar seminar bertajuk Pendidikan Karakter Bangsa untuk Generasi Milenial. Acara ini menghadirkan pembicara utama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Sementara pembicara lainnya adalah pakar pendidikan Prof. Imam Suprayoga dan Ketua DPP LDII DR. Basseng, M.Ed.

Seminar pendidikan ini juga digabungkan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung SMA Budi Luhur, di Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Sekolah formal ini merupakan bagian dari Pesantren Gadingmangu.

“Kehadiran Ibu Gubernur merupakan motivasi dalam membangun pendidikan karakter di Jombang,” ujar Bupati Jombang Mundjidah Wahab. Menurutnya, pendidikan karakter ini menjamin kerukunan antar umat beragama. Kerukunan dan kebersamaan ini menjadikan Jombang tetap kondusif meskipun dalam suasana Pemilu.

“Saya berharap, masyarakat bisa memilah dan memilih pemimpin yang dapat mengayomi rakyat,” papar Mundjidah.

Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua DPW LDII Jawa Timur Amien Adhy menyatakan pertumbuhan penduduk 5-6 juta per tahun menjadi beban bagi bangsa. Hal itu terjadi, menurut Amien, bila pertambahan penduduk hanya menghasilkan generasi tak berketerampilan.

“Agar jadi aset bangsa, maka solusinya adalah pendidikan,” ujar Amien. Ia memaparkan pendidikan di abad 21 haruslah pendidikan yang dapat menangkap gerak zaman atau tidak kedaluwarsa ketika memasuki dunia kerja.

Namun dunia pendidikan juga tak lepas dari masalah. Amien menyontohkan secara kuantitas, dunia pendidikan menghadapi masalah jumlah gedung, guru, dan siswa. Sementara secara kualitatif, masalah yang dihadapi adalah bagaimana ilmu tersebut bisa relevan dengan zaman.

“Peletakan batu pertama ini merupakan jawaban dari sisi kuantitas, dan berikutnya perlu pelatihan bagi guru,” ujar Amien.

Pendidikan abad 21 ditandai dengan kemudahan mengumpulkan informasi. Namun yang paling penting, menurut Amien, adalah menumbuhkan kepekaan dalam menganalisis informasi.

Menurut Amien, peletakan batu pertama SMA Budi Luhur oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, secara simbolis menunjukkan LDII berkontribusi menjadikan pertumbuhan penduduk sebagai aset bangsa, bukan beban bangsa.

Di hadapan lebih dari 7.000 santri Pesantren Gadingmangu dan siswa-siswi SMP, SMA, dan SMK Budi Utomo, Khofifah mengatakan gadget merupakan masalah sekaligus berkah.

Menurutnya, dengan fokus pendidikan karakter bangsa, ia memprediksi dalam pendidikan karakter di dalam keluarga besar LDII, fokus adalah membangun generasi yang berkarakter kuat, memiliki nuansa kebangsaan yang kuat dan spiritualitas yang kuat pula.

Ia bangga dengan kekerabatan muslimat NU dan muslimat LDII, yang merupakan penyemai karakter generasi masa depan.

Dengan pendidikan karakter bangsa tersebut, menurut Khofifah tak ada lagi misintepretasi dalam Pancasila dan UUD 45. Khofifah juga mengingatkan kurangnya pendidikan karakter bangsa, menunjukkan peningkatan intoleransi pada generasi milenial.

Ia menyebutkan riset yang dilakukan UIN Syarif Hidayatullah, yang menyebut 37,7 persen generasi milenial setuju jihad adalah perang dengan umat yang berbeda kepercayaan. Mereka juga meyakini tindak kekerasan terhadap minoritas adalah hal yang wajar.

Bukan hanya milenial, bahkan guru dan dosen tidak setuju bila pemerintah melindungi minoritas.

“Membangun karakter bangsa dengan demikian sama halnya dengan membangun rasa saling menghargai, menghormati, moderasi, dan toleransi sehingga memberi resonansi strategis dalam membangun bangsa,” ujar Khofifah.

Khofifah menambahkan, generasi milenial yang dibimbing oleh media sosial sangat mengkhawatirkan. Ia menyebut, salah satu dari delapan ciri generasi milenial adalah no gadget no life! Tapi generasi X sebagian juga tak bisa pisah dari ponsel, “Ibu-ibu bangun Subuh menyentuh air wudlu atau ponsel duluan? Jadi sebagian generasi X juga berpedoman no gadget no life!,” imbuh Khofifah.

Untuk itu baik milenial maupun generasi X harus mampu melihat sisi positif dari ponsel dan media sosial, agar dapat mengonstruksi kehidupannya secara positif pula. Pemikiran dan kehidupan yang positif bisa jadi bekal Indonesia jadi kekuatan ekonomi nomor enam dunia pada 2030 dan keempat pada 2040.

“Modalnya sudah kelihatan, saya pernah ke Komando Armada Timur, terdapat Kapal Perang I Gusti Ngurah Rai, adalah hasil karya anak bangsa di PT PAL,” ujar Khofifah. Kapal perang canggih itu mampu mendeteksi kapal musuh dari jarak lebih 100 km dan mampu mendeteksi kapal selam ratusan meter di bawah laut.

“Inilah modal besar pembangunan poros maritim yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi,” ujar Khofifah. Dengan wilayah 85 persen laut dan garis pantai terpanjang nomor dua dunia, Indonesia harus memiliki nilai lebih dalam kemaritiman.

“Dengan potensi laut yang luas, kita tak boleh lagi impor garam. Dan Jawa Timur akan fokus mendorong swasembada garam nasional,” ujar Khofifah.

Khofifah dalam kesempatan itu, melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung SMA Budi Luhur. Gedung itu direncanakan setinggi tiga lantai dan dapat menampung 3.000 siswa. Menurut Wildy Istimror Ketua Yayasan Budi Utomo, dana yang dibutuhkan kira-kira mencapai Rp18-20 Miliar.

Sumber: http://www.ldii.or.id/id/news/organisasi-3/organisasi/2334-kunjungan-kerja-ketua-umum-dpp-ldii-ke-lampung.html