Jakarta (23/12). Pengakuan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) terhadap reog Ponorogo, kolintang, dan kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk lebih memperkuat identitas kebangsaan.
Ketua DPP LDII Bidang Departemen Pemuda, Kepanduan, Olahraga, Seni, dan Budaya (PKOSB), Edwin Sumiroza mengapresiasi UNESCO. Ia menegaskan LDII berkomitmen untuk terus melestarikan budaya lokal. Ia menilai pengakuan tersebut menunjukkan penghargaan dunia terhadap kekayaan budaya Indonesia yang unik dan bernilai tinggi.
“Dunia mengapresiasi budaya kita sebagai identitas bangsa yang kaya raya dan unik. Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus lebih berbangga dan bersyukur dengan cara memperdalam pemahaman budaya serta melestarikannya,” ujar Edwin.
Edwin menambahkan bahwa seni tradisional seperti reog Ponorogo, kolintang, dan kebaya tidak hanya menjadi simbol warisan budaya, tetapi juga alat untuk memperkuat identitas bangsa di tengah tantangan globalisasi. “Pengakuan ini harus menjadi motivasi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan mengisi keseharian mereka dengan budaya bangsa. Mengenal budaya lain tidak salah, tetapi budaya kita harus tetap menjadi prioritas utama,” tegasnya.
Dalam rangkaian kegiatan RAYA, senam kebudayaan menjadi salah satu inovasi yang menggabungkan tradisi dengan olahraga. Edwin menyampaikan bahwa Departemen PKOSB DPP LDII, melalui gerakan Pramuka, telah aktif mengadopsi dan mempromosikan senam tradisional dalam berbagai kegiatan, termasuk pada skala internasional.
“Senam tradisional Indonesia kaya dengan keunikan budaya dan mudah digemari khalayak internasional. Melalui Pramuka, kami menanamkan kebanggaan terhadap tradisi bangsa sebagai bentuk syukur dan penghargaan terhadap identitas nasional,” jelas Edwin.
Edwin juga menekankan pentingnya kreativitas dan pemanfaatan teknologi dalam melestarikan budaya di era modern. Menurutnya, teknologi dapat digunakan untuk mempromosikan budaya sebagai identitas bangsa sekaligus menghasilkan karya yang memiliki nilai ekonomis.
“Generasi muda LDII diajak untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat pelestarian budaya. Dengan pendekatan kreatif, budaya tradisional dapat dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara,” tambahnya.
LDII juga terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai komunitas budaya, seperti komunitas Kebaya dan Noken yang terlibat dalam acara RAYA. Edwin menyebutkan bahwa LDII memiliki generasi muda yang kreatif dan berpandangan terbuka, sehingga kolaborasi ini dapat menjadi prioritas dalam kegiatan pelestarian budaya yang sejalan dengan dakwah.
“Kegiatan pelestarian budaya yang selaras dengan dakwah akan terus kami dorong. Kolaborasi dengan komunitas lain akan memperkuat jejaring pelestarian budaya di berbagai kalangan,” ujar Edwin.
Sebagai penutup, Edwin mengajak generasi muda, khususnya yang berada di bawah binaan LDII, untuk lebih aktif melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia. “Kalau bukan kita, siapa lagi? Budaya adalah amanah dari Allah untuk bangsa ini. Dengan mencintai budaya sendiri, kita menjaga identitas bangsa sekaligus berdiri sejajar dengan negara lain,” pungkasnya. (FWI/LINES)