Assalamu’alaikum warahmutallahi wabarakaatuh, seperti halnya warga masyarakat awam lainnya, saya mengira bahwa kalimat “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun” itu di baca hanya untuk peristiwa kematian saja. Setelah saya mengaji, sekarang saya jadi paham bahwa kalimat tersebut bukan hanya untuk peristiwa kematian saja, tapi harus kita ucapkan setiap kali mengalami musibah.
Yang menjadi pertanyaan saya sekarang adalah: bila saya melihat sesuatu yang mengagumkan, misalnya melihat suatu pemandangan yang indah, kalimat apakah sebaiknya yang harus saya baca?
Atas jawaban Pak Ustadz, saay ucapkan terima kasih, jazakallahu khaira.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ny. Euis – Cirebon
Wa’alaikumus-salaam warahmatullahi wabarakaatuh. Ibu euis yang saya hormati, kalau kalimat “Astagfirullah” itu biasanya disebut istigfar, maka kalimat “Inna lillahi wa inna lillahi raji’un” itu disebut sebagai “istirjak” (baca: istirja’).
anda betul, bahwa kalimat istirjak harus kita baca setiap kali kita mengalami musibah. Sehingga di saat Rasullah SAW mengalami puus tali sandalnya, beliau pun membaca istirjak
Suatu ketika Nabi SAW berjalan bersama para sahabatnya, tiba-tiba tali sandalnya putus, maka Nabi SAW berucap: “Inna lillahi wa inna lillahi raji’uun”. Para sabaat bertanya: “Apakah ini musibah?” Nabi menjawab: “Ya, segala sesuatu yang membuat seorang mukmin merasa susah maka itu adalah musibah”.
Kalaulah dalam masyarakat awam masih banyak yang mengira bahwa kalimat istirjak itu hanya untuk peristiwa kematian, berarti kita masih harus lebih memasyarakatkan kalimat tersebut sehingga masyarakat muslimin memahaminya dengan benar.
Memang, kematian adalah musibah, tapi musibah itu tidak hanya kematian. Ternyata putusnya tali sandal pun, bila peristiwa itu membuat hati kita merasa sudah maka seyogyanya kita membaca istirjak.
Untuk menjawab pertanyaan anda di atas sebaiknya kita lihat suatu kisah yang tercantum dalam Al-Quran surah Al-kahfi ayat 32 sampai dengan 44, yaitu kisah tentang dua orang lelaki, kita sebut saja A dan si B. Si A adalah orang kaya yang mempunyai dua bidang kebun yang subur sekali. Namun dengan kekayaannya itu dia menjadi sombong dan malah kufur. Ketika dia melihat kebunnya yang membanggakan, dia malah berkata bahwa dia tidak yakin dengan adanya alam akhirat.
Sebagai seorang teman, maka si B mengingatkan kepada si A agar dia tidak lupa diri, apalagi lupa kepada Allah, sebagaimana ayatnya berbunyi:
وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ
Artinya: Sebaiknya ketika engkau memasuki kebunmu (yang mengagumkan itu), engkau mengucapkan: “Masya Allah. La quwwata illa billah”. ( QS Al-Kahfi ayat 39)
Dari kisah di atas ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa bila kita melihat sesuatu yang mengagumkan maka selayaknya kita membaca “Masya Allah”. dan bisa dilengkapi dengan “La quwwata illa billah”, yang maksudnya adalah bahwa “Semua ini tiada lain adalah kehendak (ciptaan dan kekuasaan) Allah semata. Dan tidak ada daya atau kekuatan kecuali dengan )pertolongan) Allah.
Sementara sering kita dengar orang mengungkapkan rasa kagumnya dengan membaca “Subha Allah”, yang artinya ” Maha Suci Allah” maksudnya Allah itu jauhdari segala kekurangan dan kesalahan. Penggunaan kalimat “Subhan Allah” itu untuk menyanggah keyakinan orang-orang musyrik yang salah.
Misalnya dalam suatu ayat yang sedang menerangkan tentang keyakinan orang – orang musyrik bahwa ada tuhan selain Allah maka ayatnya diakhiri dengan “Subhan Allahi ‘amma yusrikuun” Maha Suci Allah, jauh dari apa yang mereka sekutukan.
Sementara Rasulullah SAW pernah menggunakan kalimat “Subhan Allah” ketika beliau melihat sesuatu yang kurang pada tempatnya
Suatu ketika Rasulullah SAW bertemu dengan Abu Hurairah, disaat itu Abu HUrairah dalam keadaan junub. Tanpa Permisi, Abu Hurairah pergi meninggalkan Nabi untuk mandi junub. Ketika Nabi kembali, beliau bertanya “Dari mana anda tadi wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah menjawab “Tadi saya dalam keadaan junub, saya merasa tidak enak kalu mendampingi anda dalam keadaan tidak suci”
Ternyata Rasulullah SAW bersabda: “Subhan Allah, orang islam itu tidak najis” (kalimat bebasnya: “pengertian anda tidak tepat dan anda tidak perlu berbuat seperti itu. Toh mandi nanti-nanti juga bisa”)
itulah contoh penggunaan kalimat “Subhan Allah”
Wallahul-musta’an, wala haula wala quwwata illa billah.
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh./*